Senin, 02 Februari 2015

Fisika dasar



Bab I
Pendahuluan

1.1  Latar Belakang
Pernahkah kita berfikir apa yang menyebabkan air dalam panci diletakkan diatas kompor bisa mendidih? Tentu hal tersebut bisa terjadi karena adanya perubahan kalor (panas) dari kompor (api) menuju panci kemudian diteruskan ke air. Sebagaimana yang diketahui bahwa suhu didih air adalah 100 derajat celcius, maka air baru akan mendidih setelah suhunya mencapai 100°C pada tekanan 1 atm.
Kalor atau panas merupakan suatu bentuk energi yang berpindah karena adanya perbedaan suhu. Dari sisi sejarah kalor merupakan asal kata caloric ditemukan oleh ahli kimia perancis yang bernama Antonnie laurent lavoiser (1743 - 1794). Kalor memiliki satuan Kalori (kal) dan Kilokalori (Kkal). 1 Kal sama dengan jumlah panas yang dibutuhkan untuk memanaskan 1 gram air naik 1 derajat celcius.
Kalor menyatakan bentuk energi yang pindah karena adanya perbedaan suhu. Kalor adalah energi yang diterima oleh sebuah benda sehingga suhu benda itu naik atau wujudnya berubah. Demikian pula, kalor adalah energi yang dilepaskan oleh sebuah benda sehingga suhu benda itu turun atau wujudnya berubah.
Satuan Internasional untuk panas adalah Joule. Seperti air yang akan mengalir dari tempat tinggi menuju tempat yang rendah, panas (kalor) juga demikian. Panas (kalor) akan bergerak dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat bersuhu lebih rendah.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Bagaimana proses perpindahan panas Konduksi?
b.      Bagaimana proses perpindahan panas konveksi?

1.3  Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui proses perpindahan panas pada konduksi.
b.      Untuk mengetahui proses perpindahan panas pada konveksi.




Bab II
Landasan Teori dan Hipotesis

2.1  Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat penghantar tanpa disertai perpindahan bagian-bagian zat itu. Perpindahan kalor dengan cara konduksi pada umumnya terjadi pada zat padat. Suatu zat dapat menghantar kalor disebut konduktor, seperti berbagai jenis logam. Pada konduksi perpindahan energi panas (kalor) tidak di ikuti dengan zat perantaranya. Konduksi dapat terjadi akibat adanya perbedaan suhu di antara ujung yang satu dengan ujung lain dari suatu konduktor. Arah hantaran kalor (konduksi) dari tempat bersuhu tinggi ke tempat bersuhu rendah. Sedangkan zat penghantar kalor yang buruk disebut isolator, pada umumnya benda-benda non logam. Contoh konduksi adalah memanaskan batang besi di atas nyala api. Apabila salah satu ujung besi dipanaskan, kemudian ujung yang lain dipegang, maka semakin lama ujung yang dipegang semakin panas. Hal ini menunjukkan bahwa kalor atau panas berpindah dari ujung besi yang dipanaskan ke ujung besi yang dipegang.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-vhxlVRGOOqQiom5oa74U8nE3l3MV26yl536P9tugFhlrRUkXEWiopQH4m9oD5fbyMs28ZUNECmwOLR80Mvu5C-f_DbOWS_ptGR9oUCqCvULTimrJ309b2-vTEEGCNxM3DFHuTUoZ198/s200/pengertian+konduksi.jpg
Gambar Konduksi.


2.2  Konveksi
Pengertian konveksi adalah perpindahan kalor melalui zat penghantar yang disertai dengan perpindahan bagian-bagian zat. Sehingga kalor dipindahkan melalui aliran partikel-partikel medium. Pada umumnya zat penghantar yang dipakai berupa zat cair dan gas. Kalor berpindah karena adanya aliran zat yang dipanaskan akibat adanya perbedaan massa jenis (berat jenis). Massa jenis bagian yang dipanaskan lebih kecil daripada massa jenis bagian zat yang tidak dipanaskan. Contoh konveksi adalah memanaskan air dalam panci hingga mendidih. Peristiwa sehari-hari yang berhubungan dengan konveksi kalor adalah terjadinya angin darat dan angin kalor.
Terjadinya aliran partikel-partikel medium akibat adanya perbedaan massa jenis medium di tempat yang bersuhu tinggi dengan massa jenis medium di tempat bersuhu rendah. Tempat yang menerima kalor volumenya akan bertambah dan menyebabkan kerapatan massa atau massa jenisnya berkurang, sedangkan di tempat yang belum menerima kalor volumenya belum bertambah, sehingga kerapatannya tetap.
Akibatnya, partikel-partikel dari medium yang bermassa jenis rendah akan cendrung berpindah ke tempat yang lebih tinggi dan partikel medium yang bermassa jenis besar akan cendrung mendesak ke bawah. Hasilnya adalah terjadinya aliran partikel-partikel medium dari tempat yang bersuhu tinggi ke tempat yang bersuhu rendah. Pada saat bersamaan, kalor dibawa (dipindahkan) dari tempat bersuhu tinggi ke tempat bersuhu rendah. Arah aliran konveksi adalah dari medium yang bermassa jenis kecil (bersuhu tinggi) ke medium yang bermassa jenis besar (bersuhu rendah).

2.3  Hipotesis
a.       Konduksi
Lilin pada besi meleleh lebih dahulu, kemudian lilin pada kaca dan terakhir lilin pada tembaga. Hal ini dapat dikatakan besi lebih cepat menerima panas daripada tembaga dan kaca, dan tembaga lebih menghantarkan panas daripada besi dan kaca.
b.      Konveksi
Arah aliran daun dari atas ke bawah. Sedang arah aliran gelembung dari bawah ke atas.



Bab III
Metode Praktikum

3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2014 pukul 12.30 – 14.30 WIB di Laboratorium IPA Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

3.2  Variabel
a.       Variabel Bebas          : tetesan lilin pada setiap bagian besi, tembaga, dan kaca.
b.      Variabel Kontrol       : panas yang diberikan.
c.       Variabel Terikat        : lama leleh lilin saat dipanaskan.

3.3  Alat dan Bahan
1.      1 batang besi
2.      1 batang tembaga
3.      1 batang kaca
4.      Gelas pyrex
5.      Bunsen
6.      Spirtus
7.      Lilin
8.      Korek api
9.      Daun kering
10.  Air

3.4  Cara Kerja
a.       Konduksi
1.      Siapkan besi, kaca, dan tembaga
2.      Nyalakan lilin
3.      Teteskan lilin pada 3 bagian besi, kaca, dan tembaga.
4.      Nyalakan api pada spirtus
5.      Panaskan ketiga benda dan nyalakan stopwacht.
6.      Amati tetesan lilin di ruas pertama pada benda apa yang cepat leleh
7.      Catat waktu pada saat penda leleh.

b.      Konveksi
1.      Siapkan daun kering, gelas pyrex dan air.
2.      Potong daun menjadi kecil – kecil.
3.      Masukkan air ke dalam gelas pyrex sebanyak 60 mL.
4.      Masukkan potongan daun kedalam gelas pyrex.
5.      Nyalakan api pada sumbu spirtus.
6.      Panaskan gelas pyrex yang telah berisi air dan daun kering.
7.      Amati arah daun dan arah gelembung pada air yang telah mendidih.




Bab IV
Hasil Praktikum dan Analisa Data

4.1  Hasil praktikum
a.       Konduksi

No.
Nama Bahan
Lama lilin meleleh
Keterangan
1
2
3
1.
Kaca
1.14
3.19
-
Lama menerima panas dan lama menghantarkan panas
2.
Tembaga
2.43
3.27
4.08
Lama menerima panas dan cepat menghantarkan pamas.
3.
Besi
1.06
3.24
4.43
Cepat menerima panas dan lama menghantarkan panas.

b.      Konveksi













Keterangan:
Gelembung(   ) pada air yang mendidih arahnya dari bawah ke atas. Sedang daun kering arahnya dari atas kebawah.

4.2  Analisa Data
a.       Konduksi
Pada data hasil praktikum pada konduksi penerima panas paling baik adalah besi dan penghantar panas paling baik adalah besi. Ini dapat dilihat dari waktu leleh lilin saat di panaskan. Sedangkan kaca sangat sulit menerima dan menghantarkan panas dengan baik.

b.      Konveksi
Dari hasil pratikum pada konveksi arah daun kering mengarah dari atas kebawah dan arah gelembung mengarah dari bawah ke atas. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan massa jenis benda.



Bab V
Penutup

5.1  Kesimpulan
a.       Konduksi
Pada pratikum yang telah di lakukan dan hasil praktikum yan telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa besi lebih cepat menerima panas dibanding tembaga dan kaca. Sedangkan tembaga lebih cepat menghantarkan panas daripada besi dan kaca. Kaca jauh lebih sulit menerima dan menghantarakan panas. Pada kaca bukan termasuk benda logam atau non-logam, sedang tembag adan besi adalah benda logam. Hal ini sesuai hipotesis.

b.      Konveksi
Dari praktikum dan hasil praktikum yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa daun kering yang telah di potong kecil arah alirannya dari atas ke bawah dan gelembung yang berasal dari air yang mendidih arah alirannya dari bawah ke atas. Ini terjadi karena adanya perbedaan massa jenis yang ada pada zat. Panas berpindah dari massa jenis kecil atau suhu tinggi ke massa jenis besar atau suhu rendah. Hal ini sesuai hipotesis.

5.2  Saran
Dari kesimpulan diatas, sarn yang kami berikan agar memperkaya dan memperbanyak praktikum untuk menunjukkan perpindahan kalor.



Daftar Pustaka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar